Rabu, 11 Agustus 2010

Anak Baru di Kelasku

LIBURAN telah usai. Kembali aku harus bangun pagi.

Uh-uh... malasnya. Bantal dan guling serasa ada lemnya. Lengket!

"Sekar! Ayo mandi! Nanti kamu terlambat, lho!" teriak Mama dari dapur.

"Ya, ya, ya ...," kataku sambil menggeliat.

Dengan gerakan serba kilat, aku akhirnya siap pergi sekolah.

"Selamat pagi, neng," sapa Pak Hendro, satpam di sekolah.

"Pagi, Pak Hendro!" jawabku.

Hari ini aku sudah kelas tiga. Seperti waktu naik kelas dua pada tahun lalu, teman-teman kelasku diacak dari kelas-kelas yang berbeda. Dalam daftar nama siswa kelas 3A ada Karinka, Ayas, Yacinta, dan Ayu. Mereka adalah teman-temanku sekelas waktu kelas satu.

Aduh asyiknya... bisa bikin geng lagi dengan mereka.

Geng itu kita namakan Geng Cabut. Kenapa namanya Geng Cabut, aku sendiri nggak ingat. Mungkin karena kita sering bilang "Yuk cabut!" kalau pengin pergi dari suatu tempat.

Ternyata di kelas tiga ini aku duduk sebangku dengan anak baru. Ibu Tika, wali kelas 3A dan guru favoritku, memanggil anak baru itu untuk memperkenalkan diri di depan kelas.

"Nama saya Suci. Waktu kelas dua saya sekolah di Tuban," kata Suci malu-malu.

"Orang tua saya telah meninggal saat saya berumur tiga tahun. Kemudian saya tinggal dengan paman.

Sekarang paman pindah ke Jakarta dan saya ikut pindah bersamanya. Alamat saya di Andara, Pondok Labu."

"Baiklah, Suci. Siapa yang ingin bertanya," Ibu Tika menawarkan.

"Suci, apa mainan kesukaanmu?" tanya Karinka.

"Saya suka main cublak-cublak suweng," jawab Suci spontan.

"Ha?! Mainan apa itu?" tanya Karinka dan anak-anak lain.

"Cublak-cublak suweng dimainkan oleh sekitar empat atau lima anak. Salah satu anak menelungkup dan yang lainnya mengelilingi anak itu. Kemudian sambil bernyanyi anak-anak mengelilingkan batu kecil di antara pemain. Pada saat lagu habis, anak yang kebagian batu kecil harus menyembunyikannya. Anak yang menelungkup bangkit dan menebak siapa yang membawa batu itu.

Lagunya asyik lho ...," jelas Suci panjang lebar seakan-akan berpromosi.

Anak-anak lain menyimak dengan penuh perhatian. "Ceritakan tentang daerahmu, Suci!" pintaku.

"Tuban terletak di pesisir utara Pulau Jawa. Selain ikan laut, Tuban terkenal dengan siwalan dan legen. Di sana ada tempat wisata gua yang besar. Namanya Gua Akbar. Paman mempunyai kebun dan ternak. Setiap hari saya membantu menggembala ternak," jelas Suci penuh semangat.

Aku jadi teringat dengan Bagas, sepupuku yang juga mempunyai kebun dan ternak. Anak-anak sekelas ribut sendiri. Ada yang bertanya-tanya tentang apa itu siwalan dan legen. Ada pula yang mencari-cari letak Tuban di peta.

Ketika jam istirahat aku sudah khawatir anak-anak Geng Cabut akan mempermainkan Suci si anak baru. Soalnya sudah menjadi kebiasaan Geng Cabut untuk mempermainkan anak baru. Dan gencetan, istilah yang kami pakai untuk mempermainkan anak baru, tidak tanggung-tanggung. Pokok-nya sampai anak itu menangis baru kami merasa puas.

Kekhawatiranku itu ternyata tidak terjadi. Karinka, Ayas, Jacinta dan Ayu malah asyik ngobrol dengan Suci di pinggir lapangan basket. Mereka tertawa-tawa gembira. Aku masih khawatir jangan-jangan ada jebakan di balik ketawa-ketiwi itu. Aku dekati mereka.

"Kalian sedang menggencet Suci, ya?" tanyaku pelan kepada Jacinta. Ia hanya mengangkat bahu.

"Mana mungkin kita menggencet Suci. Suci kan anaknya pintar, baik hati dan banyak pengalaman asyik yang tidak kita dapatkan di Jakarta. Nggak seperti anak baru sebelumnya yang sok tahu itu," jawab Karinka panjang.

"Dan satu lagi, gaya ngomongnya lucu… Medok!" tambahku. Kami semua tertawa, termasuk Suci.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hallo Semua...

Kenalin.. Sang Jilbaber yang bernama wina ini, sekarang udah duduk di bangku kelas SMA lho!! Tepatnya sih, di kelas NASA SATELIT, SMADABAYA. Makasih juga.. udah jadi visitornya^^