Rabu, 30 November 2011

Tidurlah Sayang




~penulis: Ade Anita ~




“Aku tidak mau tidur sendirian Bu.” Sebutir air mata meluncur dari kelopak mata yang memiliki bola mata indah itu. Cepat tangan kecil gadis di depanku itu menghapusnya. Wajahnya kusut dan memelas. Hmm… aku menghela napas panjang. Wajah bidadari ini selalu membuatku trenyuh dan tak kuasa untuk bilang tidak. Tapi kali ini kata ‘tidak” tidak boleh keluar dari mulutku.


“Begini saja, ibu temani sebentar yah.” sebuah senyuman terlukis di wajah permata hatiku itu.


“Kita tidur bertiga dengan Teddy bear yah?” Suaranya yang cadel dan kenes itu terdengar lirih.


“Teddy bear? Boleh. Berempat dengan sang bintang juga boleh.” Lalu kami masuk ke dalam kamarnya.


Kami tidur dengan kepala menghadap jendela kamar yang berdaun jendela lebar. Sengaja tidak dipasang gordein di sana agar pemandangan langit bisa terlihat jelas dari tempat kami berbaring. Langit tampak cerah malam itu. Bintang-bintang bertaburan memenuhi angkasa raya dan bulan tampak bersinar penuh dengan cahaya yang memantul berpendar-pendar. Aisyah, yang menjadi permata hatiku, mendekatkan kepalanya ke sisi pundakku, dan tangan mungilnya menyusup melingkari lenganku. Boneka Teddy bearnya menyembul di antara tubuh kami yang berhimpitan.


“Hmm… bagus yah, bintang-bintang itu.” Aku bertanya padanya dengan segala kekagumanku yang utuh pada keindahan jagad raya di atas sana. Subhanallah… Maha Suci Allah.


“Iyah bagus.” Suara kecil Aisyah mulai melemah karena diserang kantuk terdengar begitu lirih.


“Besok-besok… kamu tidak usah takut tidur sendirian yah. Ini hari terakhir ibu menemani kamu.” Tidak ada jawabannya, tapi aku rasakan rengkuhan tangan kecil di lenganku mengeras, sebuah isyarat tak hendak berpisah. Seperti malam-malam sebelumnya, rupanya malam inipun Aisyah tidak ingin tidur seorang diri.


“Kamu lihat bintang yang paling terang itu.” Tanganku menunjuk ke angkasa raya, pada satu titik di sebelah utara, dimana ada sebuah bintang yang terlihat paling terang cahayanya dan paling besar pula keberadaannya dibanding bintang yang lain.


‘Itu namanya bintang kejora.” Kemudian kami bersama mengagumi bintang kejora. Sederetan awan kelam yang berbaris mendekati bintang kejora, rupanya malu hati akan niatnya untuk menutupi bintang tersebut sehingga dengan cepat awan itu menyingkir dan kembali bintang kejora berpendar-pendar indah.


“Bagus bu… adik suka bintang kejora.” Suara lirih Aisyah kembali terdengar.


“Besok, kalau kamu tidur sendirian, kamu lihat saja ke langit. Insya Allah bintang kejora akan selalu muncul jika langit cerah. Kamu bayangkan bahwa ibu ada di sampingmu, sedang menatap bintang kejora bersama seperti malam ini. Jadi kamu tidak takut lagi tidur sendirian.” Sebuah senyuman terukir di mulut mungil Aisyah dan sebuah kecupan mendarat di pipiku yang dihadiahkan Aisyah padaku. Lama kami terdiam hingga yang terdengar kemudian adalah bunyi napas yang teratur. Hingga…,.


“Bagaimana jika bintang itu tidak muncul Bu ? “


“Hah ?…ngggnn.” Aku tidak langsung menjawab dan jeda waktu menunggu itu membuat sebuah kegelisahan tiba-tiba muncul di wajah Aisyah.


‘Bagaimana jika langit mendung dan badai datang ?” Suaranya yang semula lirih kini dipenuhi rasa kekhawatiran.


Kurengkuh tubuh mungilnya erat-erat… dan dengan lembut kubisikkan kata di telinganya, “Ada Allah yang selalu setia menemani kamu sayang…. Allah tidak akan pergi meninggalkan kamu, apapun keadaan yang datang dan selalu berubah-ubah. Bintang kejora itu adalah kasih ibu yang akan ibu berikan untuk kamu, tapi ibu dan bintang kejora, bahkan juga kamu, ayah, kakak, adalah ciptaan Allah, yang bisa menghilang, pergi jika Allah menghendakinya…. Tapi Allah yang Maha Pencipta selalu hadir menemani kamu. “


“Ibu akan pergi kemana ?”


“Suatu hari nanti, mungkin ibu akan pergi menghadap Allah. Kalau itu terjadi, kamu tidak bisa bertemu ibu lagi, kalau kamu kangen, kamu lihat saja ke langit yang cerah, bintang kejora itu adalah kasih sayang ibu yang sudah ibu ukir di sana agar kamu selalu ingat ibu. Jangan pernah merasa putus asa jika kamu merasa seorang diri… karena bintang kejora itu selalu bersinar berpendar-pendar meskipun awan gelap selalu berusaha menutupi kehadirannya. Kamu bisa lihat bintang itu dimanapun kamu berada di muka bumi ini. Dan ingat…. Meski bintang itu hilang karena siang muncul menggantikan malam, ada yang selalu setia menemani kamu dan menyayangi kamu melebihi kasih sayang ibu ke kamu, bahkan melebihi kasih sayang seluruh makhluk di muka bumi ini. Itu adalah kasih sayang Allah Subhanallahu Wa ta’ala… nah sekarang tidurlah… Pejamkan matamu.”


Tak ada jawaban, sebaliknya muncul sebuah pertanyaan baru.


“Apakah aku akan bertemu ibu lagi di hari esok ?” Bola mata bening bagaikan mutiara itu menatapku dengan penuh tanda tanya. Sebutir mutiara bening meluncur dari sana, dan genggaman jemari kecil di lengan tanganku kian erat. “Hanya Allah yang tahu sayang. Jika Allah mengizinkan, tentu kita akan bertemu dan bermain kembali… sekarang, tidurlah.”


Mata Aisyah menatapku dengan polos dan sebuah telaga bening di kelopak matanya terlihat bergetar tak kuasa menahan bendungan air yang terkumpul di sana. Kukecup keningnya dengan penuh rasa kasih dan sayang.


“Ibu sayang sama kamu, jika takdir datang dan memisahkan kita, rasa sayang dan doa ibu akan selalu tercurah untukmu nak… Bersyukurlah selalu pada Allah, karena apapun takdir yang diberikan oleh Allah, dalam perhitunganNya, itulah yang terbaik bagimu. Tidurlah… Ada Allah yang akan menjagaMu malam ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hallo Semua...

Kenalin.. Sang Jilbaber yang bernama wina ini, sekarang udah duduk di bangku kelas SMA lho!! Tepatnya sih, di kelas NASA SATELIT, SMADABAYA. Makasih juga.. udah jadi visitornya^^