Kamis, 02 September 2010

Memories....

“Liana!” Sapanya ceria.

 Ia menghampiriku dan berdiri tak jauh di hadapanku. Kedua tangannya tersembunyi di balik tubuhnya sambil tersenyum lebar ke arahku. Memperlihatkan deretan giginya yang rapi.

“Hai, Nid?” Ucapku dengan raut menyelidik. Alisku bertaut karena heran.

“Ada apa nih? Happy  Banget. Abis menang undian 1 milyar ya?” Celetukku asal. Mau tak mau aku tersenyum juga. Tak tahan untuk tidak menggodanya.

“Liat nih! Surprise!!” Sahabatku itu menyodorkan sebuah kotak yang berukuran cukup besar kepadaku.

Ugh! Berat juga ternyata.

Happy Birthday Lianaaa..! Untuk sahabatku yang paling baik dari yang terbaik” Ucapnya lagi.

Hiks. Aku benar-benar terharu di buatnya. Kotak itu ku letakkan di meja depanku, dan ku peluk ia dengan erat. “Thanks bangeett.Aku kira nggak bakalan ada yang inget sama ultahku yang ke-12 ini! Waah.. Kamu emang yang terbaik deh. Best of the best

“Ah, ikut-ikutan lo! Itukan kata-kataku!” Sungutnya kesal sambil mendorongku pelan.

“Udah ah, mana kotaknya? Bawa sini dong!” Panggil Nidya dari arah meja paling depan. Kemudian, aku mengikutinya, dan meletakkan kotaak  itu di atas meja.

Pandangan ku kini teralih pada jam tangan pink keemasan yang melingkar manis di pergelangan kiriku.’Udah jam segini kok belum ada yang
datang ya?’ Pikirku dalam hati.

“Mereka pada kemana ya?” Ucapku perlahan, hingga nyaris seperti bisikan.

Aku tak memperhatikan pada apa yang sedang di lakukan Nidya dengan kotak tadi karena terlalu asyik dengan pikiranku sendiri. Iseng, mataku mengamati dan menyusuri sudut-sudut kelas yang kosong. Begitu sepi.

Terdengar jeritan, tawa, dan suara-suara entah apa yang sedang di lakukan anak-anak di kelas sebelah. Ini memang belum jam masuk. Tapi, sebagian besar siswa di sekolah ini terbiasa dating cukup pagi. Dan pagi ini, seperti biasa. Setiap kelas memiliki kesibukan masing-masing dengan pada penghuninya seperti hari-hari biasanya. Hanya kelasku yang kosong melompong dan menyisakan seribu tanda Tanya.

Tiba-tiba..

“Tunggu..” Seruku pelan.

Namun sepertinya tak cukup pelan untuk tidak terdengar oleh telinga Nidya yang tajam.

Dengan cueknya, aku tetap menatap tajam pada satu titik. Ada sesuatu yang janggal di balik rolling door yang sedikit terbuka itu. Dengan perlahan, akhirnya tiga langkah telah ku lalui.

“Lian..! sini deh!” Panggilan Nidya berhasil membalikkan langkahku. Ia memegang buku yang terbuka untuk menutup bagian tepi kotak supaya menghalangi penglihatanku.

Dann…

“Taraaa… “ Kemudian ia bersiul keras.. “Suiiuuwiiittttt…”

Happy Birthday to you.. Happy Birthday to you..” Suara semua teman sekelas pun menggema seantero ruangan yang berukuran 4x5 meter itu.

Ohh! Itu dia!. Semua kejanggalan dan kecurigaanku terkuak sudah. Tapi.. Oh my God! Tart mini dengan lilin angka dua belas di atasnya?. Mataku membulat saat melihatnya.

Bukan main. Ini, sungguh kejutan yang luar biasa!. Sontak, aku pun langsung memeluknya “Makasiiihh… Makasih banyaaak..” Bisikku perlahan di telinganya.

“MAKASIH SEMUANYA!!”

“Hey. LIANA” Tiba-tiba.. Terdengar suara seseorang yang menyerukan namaku.

“Hah??” Aku mengerjap-ngerjapkan mata karena kaget. Sambil mengembalikan kesadaranku, aku menatapnya heran. “Sita?”

BYARRR!! Hilanglah semua lamunanku. Nidya… Kejutan… Kue tart… lilin angka 12… Huh! ‘Itu semua sudah berlalu Liana!’ hiburku dalam hati sambil mengelus dada.

Setidaknya.. Memori otakku yang berkapasitas ribuan giga ini masih mampu menampung seluruh peristiwa ulang tahunku yang paling bersejarah itu.

Nidya pindah rumah ke Semarang karena tuntutan pekerjaan Abi-nya. Tepatnya, seminggu setelah hari ulang tahunku, yang juga segera di kejutkan dengan kepindahannya yang tiba-tiba. Entah, bagaimana  ya kabarnya? Sudah lama sekali komunikasi kami terputus. Ah, jadi kengen.

Oke. Kembali ke masa sekarang. Aku, Liana Cleveriana Siswi SMP Cempaka, kelas 9. Yaitu, tempat di mana aku nyaris tak pernah merasakan déjà vu masa SD.

“Helloooww… Lianaa!” Sita mengibaskan tangannya tepat di depan hidungku yang pesek ini. “Gimana? Udah nginjek bukmi lagi belom?” Seru Sita bercanda. Akhirnya aku berhasil menarik sudut bibirku keatas membentuk seulas senyum. Senyum yang tampak sedikit terpaksa.

Melihat Sunset begini emang paling menyenangkan! Apalagi dengan di temani segelas besar es degan dan semangkuk bakso. Hmm.. makin maknyus deeh..

Aku jadi sedikit merasa bersalah pada Sita. Susah payah, ia mengajakku ke pantai ini untuk menghilangkan kesedihanku sekaligus hadiah, mengingat kejadian 3 tahun yang lalu tidak terulang pada ulang tahunku tahun ini yang Jatuh tepat dua hari yang lalu.
Eh, Nggak tahunya.. Malah aku tinggal berkelana ke masa lalu!!.

Sita, sahabatku pengganti Nidya. Aku merasa sangat beruntung sudah di pertemukan dengannya. Saat itu kami masih duduk di kelas 7. Mulanya, kami hanya sekedar berkenalan.. bertanya nama.. Dan hal-hal yang biasa di tanyakan saat perkenalan. Namun, lambat laun, omongan kamipun mulai merambah ke topil-topik lain. Kami merasa memiliki kecocokan. Jadi, kalau sudah bercerita, pasti nggak aka nada habisnya. Yah, selera kami memang mirip bangett!.

“Sit, kita pindah ke sana yuk! Di bukit itu!” Tunjukku pada sebuah bukit buatan yang ada di sebelah utara kami. “AYOK, MATAHARINYA KEBURU ILANG TUH!” Teriakku lagi.

“Aaaaaaahh….” Kami berdua pun lari di sepanjang tepian pantai. Dengan tangan terentang dan tatapan menengadah ke atas. Angin pantai yang bertiup semilir, menghembuskan seluruh kepenatan otak.

“Hei Liana, TUNGGUU..!”

Ups. Sita ketinggalan. Aku pun berhenti dan menunggu hingga Sita berhasil menjajari langkahku. Kita pun kembali berlari sambil bergandengan tangan.

“Kenceng-kencengan yuk! 1..2..3..” Aku member aba-aba.

“Aaaaaaaaaaaaarrgghhhhhhhhh… Hahahahahaaa…” Begitu kencengnya, sampai-sampai aku berpikiran kalau suaraku dan Sita ini bisa terdengar sampai ke negeri seberang lho!.

Hallo Semua...

Kenalin.. Sang Jilbaber yang bernama wina ini, sekarang udah duduk di bangku kelas SMA lho!! Tepatnya sih, di kelas NASA SATELIT, SMADABAYA. Makasih juga.. udah jadi visitornya^^